CARA MENYEMBUHKAN NGOROK PADA ANAK KECIL
Ngorok pada anak kecil. Hati-hati jika buah
hati Anda mengorok. Jangan sepelekan. Sebab ternyata mengorok pada anak dapat
menimbulkan berbagai masalah mulai dari penurunan kadar oksigen dalam darah,
hingga membuat anak sering merasa letih dan kesulitan belajar.
Anak yang mengorok mungkin terdengar lucu dan
menggemaskan. Namun, kebiasaan mengorok pada anak dapat menyebabkan berbagai
masalah. Mulai dari mengompol waktu tidur hingga menurunnya prestasi sekolah.
Bahkan beberapa anak yang mengorok mengalami salah diagnosis sebagai anak
hiperaktif (Attention Deficit Hyperactive Disorder/ ADHD), padahal yang mereka
butuhkan sebenarnya hanya tidur nyenyak.
Apa penyebab mengorok pada anak?
Mengorok pada anak dapat disebabkan tiga hal,
yaitu:
1.
Kelainan bentuk anatomis. Misalnya anak terlahir dengan rahang bawah atau
saluran napas kecil.
2.
Otot pernapasan dan saraf pengontrolnya bekerja tidak sempurna.
3.
Tersering disebabkan pembesaran amandel (tonsil dan adenoid).
Apakah mengorok pada anak sering ditemukan?
Mengorok pada anak merupakan hal yang sering
ditemukan. Di Amerika Serikat dan negara-negara lain ditemukan 11-12% anak
usia 1 hingga 9 tahun mempunyai kebiasaan mengorok (mengorok 3-4 kali
seminggu).
Mengapa orangtua dari anak yang mengorok harus
waspada?
Orangtua harus waspada karena mengorok dapat
menyebabkan gangguan kualitas tidur dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi
otak dan jantung.
Apakah perbedaan mengorok pada anak dan orang
dewasa?
Prinsipnya sama. Mengorok adalah suara napas
yang berbunyi akibat getaran udara yang melalui saluran napas atas. Jadi mengorok
menunjukan adanya tahanan yang tinggi terhadap udara di saluran napas atas.
Waktu tidur otot mengalami relaksasi sehingga jalan napas mengecil. Akibatnya
jumlah udara yang sama harus melewati tempat yang lebih sempit.
Mengorok dapat merupakan gejala dari penyakit
yang serius seperti sleep apnea (henti napas waktu tidur). Sekitar 3% anak usia
1-9 tahun menderita sleep apnea.
Bila mengorok disertai henti napas, anak
kemungkinan menderita sleep apnea. Saluran udara sangat sempit sehingga udara
tak bisa lewat. Anak dapat berhenti napas beberapa detik sampai satu menit.
Kemudian otak membangunkan badan supaya berusaha bernapas kembali. Akibatnya anak
terbangun dan bernapas kembali. Karena sering terbangun, tidurnya tidak nyenyak
dan merasa ngantuk dan lelah sepanjang hari.
Apakah ‘kebiasaan’ mengorok pada anak selalu
berbahaya?
Hal ini belum diketahui. Mengorok tidak normal
pada anak, tetapi tidak selalu harus diobati. Tetapi bila anak sering
terbangun, atau dicurigai sleep apnea, anak itu harus diobati.
Apakah yang meningkatkan risiko terjadinya
sleep apnea pada anak?
1. Kegemukan.
2. Ada anggota
keluarga lain dengan sleep apnea.
3. Anak-anak
dengan sindroma down atau gangguan neuro-muskuler.
4. Sering
alergi.
5. Asma.
6. Orangtua
perokok.
Apa gejala sleep apnea pada anak?
1. Pada waktu
malam:
• Sering
mengorok keras,
• Berhenti
napas, menarik napas dalam. Hal ini dapat membuat anak terbangun dan mengganggu
tidurnya,
• Tidur
gelisah,
• Berkeringat
berlebihan,
• Mengompol.
2. Pada siang hari:
• Mengalami
masalah perilaku, sosial dan dalam prestasi sekolah.
• Sulit
dibangunkan.
• Sakit
kepala, terutama pagi hari.
• Agresif,
gelisah, mudah tersinggung.
• Mengantuk.
• Suara
bindeng dan napas melalui mulut.
Sleep
apnea juga dihubungkan dengan pertumbuhan terlambat dan gangguan jantung dan
pembuluh darah.
Bagaimana pengobatan sleep apnea pada anak?
1. Operasi
pengangkatan amandel (tonsil dan adenoid) oleh dokter spesialis THT. Pada
sebagian besar kasus (85-90%) sleep apnea dapat disembuhkan dengan cara
ini.
2. Bila masih ada
sleep apnea dikirim ke dokter gigi TMJ untuk pemakaian oral appliance atau
tindakan rapid palatal expansion.
3. Bila operasi
tidak berhasil dipakai alat Continuous Positive Airway Pressure (CPAP). Operasi
tidak berhasil biasanya pada 10% kasus, misalnya pada anak yang gemuk atau
dengan komplikasi yang berat. Walaupun sleep apnea telah berhasil diobati pada
anak, masalah bisa timbul kembali pada dewasa.
Disalin dari artikel Medistra Hospital
Penulis: Dr. Rimawati Tedjasukmana,
Sp.S, RPSGT
https://www.medistra.com/index.php?option=com_content&view=article&id=172
コメント
コメントを投稿